Cinta dan Benci

“Saling benci-membenci memang lebih mudah, tapi saling cinta-mencintai lebih membahagiakan, I Love You Full” [Unknow]

IMG-20150509-WA0000Seribu alasan untuk membenci lebih mudah dicari dari pada satu alasan untuk saling mencintai. Hanya karena berbeda cara dalam beribadah bisa mendatangkan permusuhan, sebaliknya yang sudah nyata dan sama-sama yakin pada Tuhan yang sama, nabi yang sama, tinggal dan hidup di tempat yang sama, sangat susah untuk hidup berdampingan tanpa cemoohan.

Anggap saja orang yang berbeda tafsir dan pemahaman soal kata Islam dan Nusantara itu sedang dalam proses belajar mencari kebenaran. Lantas, apakah dalam proses tersebut orang yang berbeda pandangan itu layak dicaci maki karena berbeda pendapat? Apakah penghinaan dan kebencian itu adalah ajaran dari agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW? Bukankah sang Rosul mengajarkan umatnya untuk saling menghargai dan mencintai?

Lalu, jika ada yang mengartikan kata ‘Nusantara’ sebagai karakter manusia khususnya umat Islam yang ‘Rahmatan lil ‘aalamiin’ yang bertujuan untuk membenahi Negara Indonesia secara kaffah, apakah layak dihina juga? Bagiku, sebuah tulisan dan nama itu tergantung bagaimana sudut pandang dan realisasinya saja.

Seorang anak yang diberi nama “Muttaqin atau Khoirunnisa” dan nama-nama Islam lain nya, apakah itu menjamin kelak akan menjadi seorang yg bertaqwa “Muttaqin” dan menjadikan wanita sholehah yang selalu berbakti kepada Allah dan suaminya “Khoirunnisa”. May be. Yes, May Be No. Semua bergantung pada proses mendidiknya.

Kenapa tidak kita dukung bersama apa yg menjadi kebijakan sebuah organisasi Islam selagi tidak melenceng dari nilai-nilai Al Quran dan Hadits. Jika selalu dikaitkan dengan hal yang negatif tentunya hal itu akan menjadi negatif. Alangkah baiknya kita mulai dengan mendukung bersama, memberikan saran dan kritik yang membangun tentunya dengan tutur kata yang santun.

Kalau kepada selain ummat Islam saja kita harus mengajak dengan mau’idzoh hasanah kenapa justru diantara umat Islam saling mengingatkan dengan menjatuhkan, menghina, mencemooh dan mencaci maki.

Ibarat makanan, Indonesia adalah sebuah gado-gado, jika ada satu jenis makanannya saja semisal toge dan kangkungnya tidak ada maka tidak disebut gado-gado. Dan setiap jenis makanan yang disajikan harus benar-benar menjadi dirinya sendiri. Tahu harus menjadi tahu yang berkualitas, begitu pula tempe dan labunya. Itulaah Indonesia yang ragam akan segala halnya.

Mengapa tidak kita mulai saja dari rasa syukur pada Illahi Robbi yang telah mengizinkan kita lahir dalam keluarga yang beragama Islam, tumbuh dan hidup di tanah air yang sebelum bernama Indonesia dikenal dengan sebutan Nusantara.

 

#SemangatBersyukur

 

Jakarta, 9 Agustus 2015

By, Mustaqim

Scroll to Top