Di dukuh seperti Bandingan, sinyal merupakan sebuah tantangan. Tapi bisa jadi sebuah ujian dan godaan untuk menjaga desanya tetap connecting people, terjaga silarurahimnya.
Shakaro.or.id. Pada tahun 2020 nanti, seluruh rakyat Indonesia akan melek internet. Semua wilayah di Indonesia hingga pelosok desa akan mudah mengakses informasi dan memberdayakan diri melalui digital ekonominya. Semoga wacana dan target tersebut dapat tercapai.
Syukur-syukur tahun 2018 implementasinya sudah sampai ke dukuh Bandingan, desa Tenogo Kec, Paninggaran Kab. Pekalongan Jawa Tengah. Mungkin dukuh Bandingan bukan satu-satunya wilayah yang darurat sinyal. Ada sekitar 38.000 desa/kelurahan di Indonesia yang setiap desanya bisa memiliki 3-5 dukuh. Setiap dukuhnya terdiri dari puluhan KK, termasuk di Bandingan yang sudah mencapai 80 KK.
Bandingan adalah sebuah landscape yang sangat Indah untuk para pejuang desa, para lelaku jalan sunyi yang ingin menguji nyali menjadi orang besar yang hakiki. Dukuh ini diapit oleh perbukitan yang sangat eksklusif. Saking eksklusifnya, untuk mengirim pesan singkat (SMS) ke sana dibutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Kecuali jika pemilik handphone berjuang untuk mencuri-curi sinyal yang lewat di antara pepohonan pinus. Atau saat plesiran ke kota untuk belanja keperluan usaha, atau ketika pergi ke pusat pasar yang jaraknya sekitar 1,6 KM dari pusat desa. Baru pesan singkat terbaca dengan sempurna.
Jangan bayangkan juga, masyarakat di dukuh tersebut sudah menggenggam ponsel pintar, berselancar internet dan bermedia sosial ria. Saya rasa Nokia perlu berterima kasih kepada masyarakat seperti di dukuh Bandingan ini. Sebab, merekalah yang tetap setiap menggunakan brand Nokia dengan fasilitas telepon dan pesan singkatnya.
Di dukuh seperti Bandingan, sinyal merupakan sebuah tantangan. Tapi bisa jadi sebuah ujian dan godaan untuk menjaga desanya tetap connecting people, terjaga silarurahimnya. Tidak lagi menjauhkan yang dekat, tapi tetap mendekatkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Setiap masalah yang muncul, diselesaikan secara muwajjah (face to face), tidak bersembunyi dalam kata dan gambar yang kadang memalsukan.
Apa yang diungkapkan merupakan ekspresi hakiki tentang situasi diri. Saat orang lain sudah menggunakan ponsel pintar dengan jaringan 3G hingga 4G, masyarakat dukuh Bandingan tetap mawas diri untuk tidak membeli sesuatu yang belum menjadi kebutuhannya.
Ketika orang lain sedang asyik bermedia sosial, masyarakat dukuh bandingan tetap asyik berkumpul di plataran rumah, berdiskusi eh ngerumpi apa saja yang bisa dijadikan bahan obrolan ngalur ngidul. Meski di luar sana, megunduh gambar dan video secepat membalikkan telapak tangan. Masyarakat Bandingan tetap setiap mengunduh pohon mangga dan manggis di depan rumahnya.