Shakaro.or.id Menikah sangat rentan dengan konflik, memang konflik yang ada tidak banyak, tapi banyak sekali. Karena menikah adalah mempersatukan dua manusia, laki-laki dan wanita yang memiliki dua karakter yang berbeda.
Tipikal wanita yang suka berbicara (15 ribu sampai 20 ribu kata/hari) dan tipikal laki-laki yang cenderung diam saat ada masalah, adalah salah satu contoh percikan konflik yang mungkin timbul dalam keluarga. Jika, satu sama lain tidak memahami peran dan karakter tersebut, niscaya keluarga yang dibangun bisa runtuh. Kalau pun tetap bertahan, bisa jadi keluarga yang tercipta akan terasa hampa.
Jangan beranggapan pula menikah banyak timbul konflik, lantas memilih hidup membujang selamanya. Jangan! Karena sejatinya hidup tidak pernah lepas dari konflik. Bukan bagaimana cara menghindari konflik, tapi bagaimana cara mengelola konflik dalam rumah tangga dengan sikap dewasa. Sekalipun memilih membujang, pastinya konflik lahir batin akan terus mengikuti sepanjang ruh di kandung badan.
***
Ibarat menulis alamat rumah, jika alamat lengkap yang dituju tidak sesuai, maka surat tidak akan sampai pada tujuan. Meski lidah berucap ingin menikah untuk melengkapi separuh agama, untuk mengikuti sunnah Rosul.
Namun, dalam hati kecil terbesit menikah semata untuk melepas masa lajang yang membosankan, atau sebagai bentuk pelarian dari tekanan keluarga besar. Atau sebenarnya sudah terlanjur cinta, terlanjur pacaran 7 tahun, sayang kalau tidak segera menikah. Kalau putus di tengah jalan, apa kata dunia??
Kecewa dengan mantan, juga bagian dari stimulus manusia untuk menikah. Padahal hanya sebagai pemuja rahasia, tidak pernah bertemu langsung dengan sosok yang dipujanya. Istilahnya Cidaha, (cinta dalam hati). Sekali bertemu, mendapat senyum dan salam darinya, jiwa raganya seolah melayang ke angkasa dan tak ingin kembali ke bumi.
Saat pujaan hatinya menikah dengan orang lain, ia baru sadar kakinya menginjakkan bumi dan cinta yang dipendam dalam hati berbuah rasa dendam. Akhirnya, ia cari pengganti, tanpa waktu lama ia segera menikah dan meng-upload foto pernikahhannya lalu men-tag ke teman-temannya (termasuk sang ‘mantan’) dengan status
“Akhirnya ku menemukanmu, saat raga ini mulai merapuh. Ku berharap engkaulah, jawaban segala gundahku,”
****
Niat adalah dasar dari segala-galanya. Alangkah indah dan bahagia, jika niat menikah didasari dengan mencari berkah. Berkah dari Allah dan dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan karena Allah, insya Allah segala kebaikan dunia dan akhirat akan digapai.
Tidak mudah memang, tapi menemukan jodoh dunia akhirat membutuhkan sebuah proses panjang dari masa pra nikah, pasca menikah hingga menjelang usia senja. Semua ada ilmunya, semua butuh pembekalan termasuk menikah dan membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Ahad, 20 Maret 2016
Oleh; Tim Samara Academy
Diramu dari bedah buku ‘Jodoh Dunia Akhirat’ Ikhsanun Kamil. Diselenggarakan Samara Academy dan YICS Al Azhar di Masjid Agung Al Azhar