
Bagi anak muda, tema paling asyik untuk diperbincangkan adalah seputar pernikahan. Apalagi bagi pemuda jomblo fi sabilillah. Sudah saatnya untuk menentukan investasi masa depan lewat pernikahan. Apalagi kalau sudah banyak dukungan dari berbagai pihak. Dari orang tua, sahabat, tetangga sampai mantan-mantannya pun ikutan mendukung. Hmmm…..
Yaa, apapun bentuk dukungannya. Sebagai pemuda penerus cita-cita bangsa, masa depan tanah air Indonesia. Maka, sebelum kau dan aku memutuskan ke KUA. 🙂 Ada baiknya rangkuman ilmu dari pembukaan SAMARA Academy yang pernah aku ikuti ini bisa diserapi:
1. Mental
Terlepas dari batasan minimal usia menikah yang ditetapkan oleh pemerintah (usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria) yang diikuti dengan ketidakpuasan para aktivis feminisme tentang hal itu. Namun apakah secara mental kita siap menjalani pernikahan yang notabene untuk semur hidup? jangan-jangan usia pernikahan hanya seumur jagung?
Oleh karena itu kita harus mulai menanamkan kesadaran bahwa menikah bukan soal sudah bebas melakukan semua hal yang tadinya dilarang agama. Bukan hanya soal itu saja, melainkan jauh lebih luas lagi. Pernikahan adalah menyatukan dua kutub yang berbeda, menyamakan persepsi memengenai komitmen dan tanggung jawab. Kebutuhan materi baik itu sandang, pangan, pakan, biaya persalinan, biaya sekolah anak. Hingga soal emosi psychologis pasangan suami istri yang kadang ada juga rasa jenuh dalam hubungan dan tetek bengek lainnya.
Mengetahui hal tersebut kita harus mulai membangun mental yang mau belajar, menerima kekurangan pasangan hidup dan mempunyai visi sehingga bisa mengarungi lautan kehidupan dengan selamat adem ayem,sakinah, mawaddah dan rahmah sampai syurga kelak. Amiin.
2. Finansial
Memang menikah tidak memulu berbicara tentang ekonomi dan finansial. Tetapi hal ini menjadi penting dalam mengarungi lautan hidup melalui bahtera rumah tangga. Finansial ibarat bekal dan orang yang cerdas adalah mereka yang cermat mempersiapkan bekalnya untuk perjalanannya.
Cinta sih cinta tetapi kalau beras sudah habis mau makan apa? mau makan cinta? kalau tidak punya uang untuk membayar kontrakan mau bagaimana? yang ada nantinya malah bertengkar dengan pasangan karena hal ini. Lah, bukannya kalau menikah itu rezekinya sudah ditanggung sama Allah? Ya memang, sudah ditanggung. Tetapi bukankah juga harus berusaha terlebih dahulu. Mental memang penting tetapi perjalanan tanpa persiapan atau berperang tanpa senjata bukankah hal yang konyol?
Karena itu, bagi yang tidak kepepet banget untuk menikah cepat-cepat karena desakan keluarga besar misalnya. Siapkanlah anggaran jangka pendek, menengah dan panjang. Sebut saja anggaran jangka pendeknya adalah mahar untuk mempelai wanita dan biaya resepsi.
Anggaran menengahnya adalah perlengkapan rumah tangga dan mempunyai hunian. Anggaran jangka panjangnya adalah mempunyai bisnis, investasi, Ibadah Haji dan lain sebagainya. silahkan dikelompokkan sesuai skala prioritas masing-masing pribadi. Dan untuk jangka menengah dan panjang kalau disiapkan bersama sang istri/suami, makin nikmat rasanya. Hehe.

3. Ilmu dan wawasan
Menikah adalah soal pendidikan dan pembelajaran. Masing-masing pasutri sama-sama belajar, dari yang dulunya tidak tahu biaya persalinan, setelah menikah menjadi tahu. Dari yang dulunya tidak tahu dan tidak mau tahu harga sembako setelah menikah sudah up-date harga-harga sembako, supaya dapur masih terus ngebul.
Maka dari itu, mulai sekarang kita mestinya sudah kepo tentang ilmu dan wawasan terkait pernikahan. Bagi para suami harus mulai mengerti Fiqh seputar nikah, Fiqh seputar wanita, manajemen uang, manajemen konflik, biaya nikah, persalinan, KPR terjangkau dan lain sebagainya agar perjalanan kita lebih terarah.
4. Fisik dan kesehatan
Bagi yang belum berkeluarga, biasanya tidak begitu perhatian tentang kesehatan diri mereka. Mau nongkrong sampe malem, makan ini sikat, makan itu juga disikat, yang penting enak. Padahal tidak sedikit dari mereka sadar bahwa kesehatan sangat penting. Jika setelah menikah, tidak menjaga pola makan dan gaya hidup, kemudian sakit-sakitan pastinya merepotkan dan tidak bisa berperan maksimal sebagai suami/isteri dan orangtua.
Maka dari itu sedari dini mulailah merubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Mulailah mengatur pola tidur, berolahraga paling tidak seminggu sekali, berhenti mengonsumsi hal-hal yang kurang baik bagi tubuh dan jaga pola makan jangan berlebihan.
5. Kemampuan komunikasi
Yang tidak kalah penting lagi nih. Ternyata banyak lho pasangan yang kandas di tengah jalan hanya karena hal sepele namun gagal dikomunikasikan dengan baik. So, para calon suami dan isteri hendaknya belajar sedari dini komunikasi yang lebih baik. Mulailah belajar complaining atau informing suatu tanpa menyinggung yang bersangkutan.
Mengkritik tanpa menghina yang bersangkutan, belajar membuka pembicaraan; membawa suasana yang kaku menjadi hangat ddan jangan lupa menjadi pendengar yang baik yah kawula muda karena komunikan yang baik adalah pendengar yang baik pula.
6. Spirtualitas
Yang paling penting. Ini adalah pangkal dari uraian di atas. Jika spiritual seorang baik maka hal di atas juga baik pula. Semua yang disebutkan diatas sudah diatur jelas dalam agama. Kewajiban manusia kepada Tuhan itu sangat penting dipersiapkan sedari sekarang. Bagaimana kita mengharapkan anak kita rajin beribadah kalau kita sendiri jarang bahkan tidak pernah beribadah dan tanggung jawab kita sebagai orang tua pastinya akan diminta Tuhan.
Karena keuarga adalah bagian dari tata negara, dan keluarga adalah miniaturnya negara. Maka, sudah sepatutnya kita menjaga kualitas keuarga supaya berada dalam jalan yang lurus di atas relnya Tuhan. Seperti yang Tuhan tegaskan dalam Al Quran surat At Tahrim ayat 6 ‘jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’.
So ayo kawula muda jangan cuma sibuk mencari pasangan. Mulailah dari diri kita sebelum kita mencari yang baik kitanya juga harus baik dulu, bukan?